Al-Quran merupakan sebuah kitab suci yang diyakini
oleh umat Islam sebagai pedoman hidup. Segala sesuatu yang terjadi di dunia
dijelaskan dalam Al-Quran, meliputi hubungan antar manusia dengan alam, manusia
dengan Tuhan, dan manusia dengan sesama manusia lainnya.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu
pengetahuan, ditemukannya beberapa fakta sains yang ternyata telah ada di dalam
Al-Quran jauh sebelum fakta itu ditemukan. Apa sajakah temuan-temuan itu? Yuk,
kita simak!
Ledakan Big Bang
Big Bang (Sumber: Curious Time) |
Big Bang diyakini sebagai peristiwa terbentuknya alam
semesta yang didasari kajian kosmologi. Teori ini pertama kali diajukan oleh
Georges Lemaitre yang disebut sebagai hipotesis atom purba.
Teorinya tersebut dikembangkan dari penemuan
teori-teori lainnya dan bergantung pada teori relativitas umum Albert Einstein
yang menyatakan bahwa alam semesta itu mengembang.
Dikutip dari space.com, alam semesta terkondensasi
ke dalam titik dalam ruang waktu yang sangat kecil dengan kepadatan dan panas
yang tak terbatas sejak 13,7 miliar tahun yang lalu.
Kemudian sebuah ledakan terjadi akibat inflasi
kosmik yang berlangsung selama sepersekian detik. Saat inflasi kosmik berhenti,
partikel, atom, bintang-bintang, dan galaksi menyebar hingga membentuk alam
semesta seperti saat ini.
Ledakan yang diungkapkan dalam teori Big Bang ternyata disebutkan secara
sederhana dalam Al-Quran. Teori ledakan itu tercantum dalam surat Al-Anbiya
ayat 30 yang artinya berbunyi :
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara
keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka
mengapa mereka tidak beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30)
Orbit Tata
Surya
Tata Surya (Sumber: Royal Museums Greenwich) |
Dalam sains, tata surya diyakini memiliki orbit
atau garis edar yang terstruktur. Dalam suatu orbit, Tata surya terbagi menjadi
matahari sebagai pusat dan planet-planet yang mengelilinginya. Orbit ini
merupakan penemuan besar yang dipelajari hingga saat ini.
Orbit tata surya sendiri pertama kali dianalisis
oleh Johannes Kepler yang kemudian berlanjut hingga adanya penemuan gravitasi
yang ditemukan oleh Sir Isaac Newton. Kedua teori ini sangat berhubungan dan
mendorong penemuan planet-planet lainnya yang mengelilingi Matahari selain Bumi.
Penemuan hukum gravitasi membawa pengaruh besar
dalam penemuan tata surya dan secara tidak langsung berhubungan dengan sebab
akibat adanya siang dan malam. Gravitasi bumi dan matahari yang saling tarik
menarik menciptakan orbit elips yang memungkinkan Bumi bergerak mengelilingi Matahari.
Hal ini juga berlaku pada planet lainnya.
Interaksi antara gravitasi planet-planet terhadap
Matahari mendorong adanya tenaga perputaran gravitasi antara planet, dan antar
planet terhadap matahari. Hal ini menyebabkan planet-planet memiliki rotasi,
atau berputar pada porosnya, begitu pula dengan Bumi. Rotasi pada Bumi ini
menyebabkan adanya siang dan malam.
Fenomena ini secara sederhana telah dijelaskan
dalam Al-Quran pada surat Al-Anbiya ayat 33, yang artinya berbunyi :
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan
siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS.
Al-Anbiya: 33)
Nebula Rosette
Nebula Rosette (Sumber: Svbony) |
Temuan sains tentang semburat merah mawar seperti
kilauan minyak telah disebutkan dalam Al-Quran pada surat Ar-Rahman ayat 37,
yang artinya berbunyi:
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi
merah mawar seperti (kilauan) minyak.” (QS. Ar-Rahman: 37)
Fenomena ini dibuktikan oleh seorang astronom
Prancis bernama Pierre Méchain pada awal abad ke-18. Penemuan ini merupakan sebuah
nebula difusi yang terbentuk dari awan besar gas dan debu di ruang antar
bintang yang disebut dengan Nebula Rosette atau dikenal juga sebagai The
Rosette Nebula.
Nebula ini terletak sekitar 5000 tahun cahaya dari
Bumi. Di tengahnya terdapat sebuah gugus bintang muda yang dikenal sebagai
Kluster Terbuka NGC 2244. Keindahannya yang menyerupai bunga mawar menarik
banyak para astronom dan astrofotografer.
Api di Dasar
Laut
Api dalam laut (Sumber: WHOI’s autonomous- Woods Hole Oceanographic Institution) |
Di dasar laut, ilmuwan menemukan adanya api. Jauh
sebelum itu, fenomena ini telah disebutkan dalam Al-Quran pada surat At-Tur
ayat 6, yang artinya berbunyi:
“dan demi laut yang di dalam tanahnya ada api,”
(QS. At-Tur: 5-6)
Fenomena api yang ditemukan berasal dari
pegunungan vulkanik yang terbentang di lautan sepanjang ribuan kilometer.
Sejauh ini diperkirakan terdapat 20.000 lebih gunung api dalam laut.
Sungai di
Dasar Laut
Sungai di dasar laut (Sumber: Roaring Earth) |
Adanya sungai di dasar laut pertama kali ditemukan
oleh seorang ahli oseanografi asal Prancis, Yves Costeau, pada tahun 2017.
Aliran sungai ini terletak di Semenanjung Yucata, Meksiko, yang berjarak 12 km
dari laut Karibia.
Menurut sains, aliran sungai disebabkan oleh
adanya kandungan hidrogen sulfida yang mana memiliki massa lebih berat
dibandingkan dengan air asin laut. Kondisi menyebabkan perbedaan lapisan air.
Terbentuknya sungai sebenarnya terjadi akibat
ilusi yang diciptakan dari lapisan tebal gas yang melengkung dan membelok
seperti jalur sungai. Wujudnya tampak seperti sungai sungguhan, bahkan
menampilkan tepian dan dedaunan. Hal ini cukup membuat ilmuwan
mengklasifikasikannya sebagai sungai bawah laut yang dinamai dengan Cenote
Angelita.
Fenomena ini telah disebutkan dalam Al-Quran pada
surat Al-Furqan ayat 53, yang artinya berbunyi :
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit;
dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.” (QS.
Al-Furqan: 53)
Dua Air Laut
yang Tidak Menyatu
Selat Gibraltar (Sumber: Geologi Page) |
Selain sungai di dasar laut, Al-Quran juga
menyebutkan adanya dua laut yang mana keduanya tidak saling menyatu. Fenomena
ini disebutkan dalam surat Ar-Rahman ayat 19-20, yang artinya berbunyi :
“Dia membiarkan dua laut mengalir (kemudian)
keduanya bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh
masing-masing.” (QS. Ar-Rahman: 19-20)
Fenomena ini telah terbukti terjadi di Selat
Gibraltar yang menghubungkan Laut Mediterania dan Samudera Atlantik. Menurut
sains, fenomena ini disebabkan oleh karakteristik suhu air, kerapatan, dan
kadar garam yang berbeda dari kedua perairan tersebut. Perairan Mediterania
jauh lebih asin dan lebih hangat daripada perairan Atlantik.
Siklus Hujan
Siklus Hujan (Sumber: World Atlas) |
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki curah
hujan yang lebih tinggi daripada negara di bagian subtropis. Namun, taukah kamu
bagaimana hujan bisa terjadi?
Jauh sebelum siklus hujan dikemukakan, fenomena
hujan telah dijelaskan secara sederhana di dalam Al-Quran pada surat An-Nur
ayat 43, yang artinya berbunyi :
“Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan
awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya
bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia
(juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya
dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan
penglihatan.” (QS. An-Nur ayat 43)
Menurut sains, hujan terjadi akibat adanya
penguapan air yang kemudian bertumpuk dan membentuk awan, kemudian mengalami
pengendapan turun menuju permukaan bumi
dalam bentuk hujan.
Konsep siklus hujan ini pada dasarnya telah
ditelusuri di zaman peradaban, seperti Yunani Kuno dan India kuno. Selain itu,
tak hanya di kitab Al-Quran, fenomena alam ini juga disebutkan dalam kitab
Injil (Ayub 36: 27, 28).
Itulah 7 temuan sains yang ada di dalam Al-Quran.
Mungkin temuan-temuan tersebut bisa jadi juga terdapat di dalam kitab-kitab
lain. Terlepas dari perbedaan agama, sudah sepatutnya kita meyakini kitab-kitab
lain sesuai dengan ajaran Islam, yaitu rukun iman, maupun ajaran agama masing-masing.
Posting Komentar